Mengenal Klaster Cabai EPTILU, Kembangkan Agrowisata Lewat Petani Milenial di Garut

Hal tersebut diketahui saat Dinas Perdagangan NTB bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) NTB dan Tim Perwakilan BI NTB melakukan kunjungan Studi Tiru di Eptilu Agro Farm, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada Rabu (24/1).

Eptilu awalnya mengembangkan bisnis produksi cabai, jeruk dan komoditi hortikultura yang kini merambah ke hilirisasi pengolahan cabai dan agrowisata yang memanfaatkan potensi pariwisata daerah.

Klaster Cabai Eptilu dikembangkan oleh Rizal Fahreza (31) yang merupakan salah satu petani milenial yang lulus dari PTN Pertanian (IPB) dan aktif mengikuti program training pertanian profesional di beberapa negara serta memutuskan kembali ke daerah untuk membangun pertanian di daerahnya.

Klaster Cabai Eptilu yang merupakan klaster champion lulus WUBI juga binaan Bank Indonesia sejak Tahun 2014 mempunyai berbagai prestasi diantaranya adalah mendapatkan penghargaan Klaster Award Nasional pada PTBI 2023.

Kemudian membantu program KAD ke berbagai daerah seperti Banten, Pontianak, Batam dan Bangka Belitung. Selain itu Klaster Eptilu membantu program GNPIP tidak hanya di Jawa Barat namun luar provinsi, termasuk yang terakhir DKI Jakarta.

Klaster Eptilu juga sering mendapat kunjungan dari beberapa Kantor Perwakilan dan beberapa kali mendapat kunjungan pejabat tertinggi negara seperti Presiden Jokowi, beberapa menteri, dan sebagainya.

Pada kesempatan tersebut, Kadis Perdagangan NTB, Baiq Nelly Yuniarti, AP., M.Si berharap bahwa dengan melihat pengelolaan lahan pertanian agro melalui sistem koperasi ini nantinya bisa diimplementasikan di Provinsi NTB.

“kedepan, masing – masing kabupaten/kota melalui TPID akan mulai mempersiapkan dan menginventarisir lahan masing-masing dengan melibatkan petani milenial”, ucapnya.

Hal ini dimaksudkan selain untuk meningkatkan produksi juga mampu membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat meminimalisir angka kemiskinan dan pengangguran di Provinsi NTB.

“Tentunya hal tersebut membutuhkan kolaborasi dengan banyak pihak dan kebijakan yang mendukung kegiatan ini”, tutupnya.